Jumat, 30 September 2011

TAFSIR AL BAQARAH 259




            Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:` Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh? `Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya:` Berapakah lamanya kamu tinggal di sini? `Ia menjawab:` Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari `. Allah berfirman:` Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami menutupnya dengan daging `. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata:` Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu `. (QS. 2:259)




TAFSIR IBNU KATSIR

            Berhubungan dengan ayat sebelumnya 258, maka ayat 259, menurut Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib , ia berkata : "Ia adalah Uzair". Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi, dan Sulaiman bin Buraidah. Pendapat inilah yang mahsyur. Dan negeri yang dimaksud adalah BAITUL MAQDIS.
Ia melintasi negeri itu setelah dihancurkan dan dibunuh penduduknya oleh Raja Bukhtanashar.

  وَهِيَ خَاوِيَةٌ "Yang temboknya roboh  menutupi atapnya", maksudnya tidak ada seorang pun di sana.


            Sedangkan firman Allah Ta'ala   عَلَى عُرُوشِهَا "Yang temboknya telah roboh menutupi atapnya artinya bangunan itu sudah runtuh dan temboknya telah roboh ke lantainya. Maka orang itu berdiri seraya berfikir tentang kejadian yang menimpa negeri itu beserta penduduknya, padahal sebelumnya negeri itu dipenuhi oleh bangunan-bangunan yang megah. 

            Ia pun berkata :    أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" , perkataan itu ia ucapkan setelah menyaksikan kerusakan dan kehancuran perkataan yang sangat parah serta tidak mungkin bisa kembali ramai seperti sediakala.


            Maka Allah Ta'ala berfirman : فَأَمَاتَهُ اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.", Allah berfirman "Aku membangun kembali negeri itu setelah 70 tahun berlalu dari kematiannya, penduduknya berkumpul kembali dan Bani Israel telah kembali ke negeri tersebut. , ketika Allah membangkitkannya dari kematian. 
            Yang pertama kali dihidupkan Allah adalah kedua matanya, sehingga ia dapat melihat ciptaan Allah, bagaimana Dia menghidupkan kembali badannya, maka setelah ia hidup sempurna, Allah melalui Malaikat Nya bertanya :
 كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ "Berapa lama kamu tinggal disini ? "Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." , yang demikian itu disebabkan kematiannya terjadi pada permulaan siang hari, kemudian ALlah Ta'ala membangkitkannya setelah seratus tahun pada akhir siang hari. Ketika ia melihat matahari masih bersinar, ia menyangka itu adalah matahari yang sama pada hari kematiannya., sehingga ia mengatakan "atau setengah hari".

 قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah   وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); , maksudnya bagaimana Allah Ta'ala menghidupkan sedang engkau memperhatikan.

  وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ "Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Maksudnya adalah sebagai dalil yang menunjukkan adanya hari akhir.

  وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali", artinya Allah mengangkat nya lalu menyusunnya satu persatu dengan yang lainnya. Dalam kitabnya al-Mustadrak , al Hakim meriwayatkan dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit , dari ayahnya bahwa Rasulullah Muhammad salallahu' alaihiwassalam pernah membaca ayat كَيْفَ نُنشِزُهَا membacanya dengan huruf "dza" kemudian ia mengatakan "Hadits tersebut berisnad shahih", akan tetapi tidak diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

 ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً "kemudian Kami membalutnya dengan daging." As-suddi dan ulama lainnya mengatakan'bahwa tulang belulang keledai orang itu berserakan di sekitarnya , baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Kemudian ia memperhatikan tulang-tulang itu yang tampak jelas karena putihnya. Selanjutnya Allah Ta'ala mengirimkan angin untuk mengumpulkan kembali tulang dari segala tempat. Lalu Allah menyusunnya setiap tulang menjadi seekor keledai yang berdiri dengan tulang tanpa daging. Selanjutnya ALlah Ta'ala membungkusnya dengan daging, urat, pembuluh darah dan kulit. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh melalui kedua lubang hidung kedelai. Dan dengan izin Allah Azza Wajjala keledai itu bersuara. Semua peristiwa itu disaksikan oleh Uzair.


 قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Ia berkata "Aku yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"artinya aku benar-benar mengetahui hal itu, aku telah menyaksikannya dengan kedua mataku. Dan aku adalah orang yang mengetahui hal itu daripada orang - orang lain se-zamanku.




TAFSIR DEPAG

            Dalam ayat ini, Allah memberikan perumpamaan lain, yang juga bertujuan untuk membuktikan kekuasaan-Nya. Akan tetapi tokoh yang dikemukakannya dalam perumpamaan ini bukanlah seorang yang ingkar dan tidak percaya kepada kekuasaan-Nya, melainkan seorang yang pada mulanya masih ragu tentang kekuasaan Allah. Akan tetapi setelah melihat bukti-bukti yang nyata, maka ia beriman dengan sepenuh hatinya dan mengakui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 
            Disebutkan bahwa orang itu pada suatu kali berjalan melalui suatu desa yang sudah merupakan puing-puing belaka. Bangunan-bangunannya sudah roboh, sehingga atap-atap yang jatuh ke tanah sudah tertimbun oleh reruntuhan dindingnya. Karena masih meragukan kekuasaan Allah swt., maka ketika ia menyaksikan puing-puing tersebut ia lalu berkata: "Apa mungkinkah Allah menghidupkan kembali desa yang telah roboh ini, dan mengembalikannya kepada keadaan semula?" 
            Keraguannya tentang kekuasaan Allah untuk dapat mengembalikan desa itu kepada keadaannya semula, dapat pula kita terapkan kepada sesuatu yang lebih besar dari masalah itu, yakni "kuasakah Allah untuk menghidupkan makhluk-Nya kembali di hari berbangkit setelah mereka semua musnah di hari kiamat?" 
            Oleh karena orang tersebut bukan orang kafir, melainkan seseorang yang masih berada dalam tingkat keragu-raguan tentang kekuasaan Allah swt., dan ia memerlukan bukti-bukti dan keterangan-keterangan, maka Allah telah berbuat sesuatu yang akan memberikan keterangan-keterangan dan bukti-bukti tersebut kepadanya. Kejadian tersebut adalah sebagai berikut: Setelah ia menemukan desa itu sunyi-sepi dan bangunan-bangunannya sudah menjadi puing, ia masih menemukan di sana pohon-pohon yang sedang berbuah. Lalu ia berhenti di suatu tempat, dan setelah menambatkan keledainya, maka ia mengambil buah-buahan itu dan dimakannya. Sesudah makan ia pun tertidur. Pada saat itu Allah swt. mematikannya, yaitu dengan mengeluarkan ruhnya dari jasadnya seratus tahun kemudian Allah swt. menghidupkan-Nya kembali dengan mengembalikannya seperti keadaan semula dan mengembalikan ruhnya kepadanya. Proses "menghidupkan kembali" ini berlangsung dengan cepat dan mudah, tanpa melalui masa kanak-kanak dan sebagainya. Sementara itu sisa makanan yang ditinggalkannya sebelum ia dimatikan, ternyata masih utuh dan tidak menjadi rusak, sedang keledainya sudah mati, tinggal tulang-belulang belaka. Setelah ia dihidupkan seperti semula, maka Allah mengajukan suatu pertanyaan kepadanya: "Sudah berapa lamakah kamu berada di tempat itu?" Allah swt. mengajukan pertanyaan itu adalah untuk menunjukkan kepadanya bahwa ia tidak dapat mengetahui segala sesuatu, termasuk hal-ihwal dirinva sendiri. Hal ini telah ternyata benar. Orang itu menyangka bahwa ia berada di tempat itu barulah sebentar saja, yaitu sehari atau setengah hari saja. Sebab itu ia menjawab: "Aku berada di tempat ini baru sehari atau setengah hari saja." Lalu Allah menerangkan kepadanya bahwa ia telah berada di tempat itu seratus tahun lamanya. Kemudian Allah swt. menyuruhnya untuk memperhatikan sisa-sisa makanan dan minuman yang ditinggalkannya seratus tahun yang lalu yang masih utuh dan tidak rusak. Ini membuktikan kekuasaan Allah swt. sebab biasanya makanan menjadi rusak setelah dua atau tiga hari saja. Allah swt. juga menyuruhnya untuk memperhatikan keledainya yang telah menjadi tulang-belulang itu pada tempat itu. Kemudian Allah swt. memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menyusun tulang-tulang itu pada tempat dan susunannya semula. Sesudah itu diberi-Nya daging dan kulit serta alat tubuh lainnya serta dimasukan-Nya roh ke tubuh keledai itu sehingga ia hidup kembali. Setelah melihat kenyataan-kenyataan itu semua, maka orang tersebut menyatakan imannya dengan ucapan, "Sekarang aku yakin benar-benar bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati." Dan berdasarkan keyakinan itu hilanglah keragu-raguan tentang hari berbangkit. 
            Dalam ayat ini Allah swt. tidak menjelaskan nama orang tersebut serta nama negeri yang dilalui itu yang dipentingkan dalam ayat ini adalah pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa itu. 
Bukti-bukti kekuasaan Allah swt. yang diperlihatkan dalam ayat ini adalah sebagai berikut: 

1.      Orang yang dihidupkan kembali setelah mati seratus tahun lamanya. Tulang-tulang keledainya menjadi bukti untuk memastikan bahwa keledainya itu benar-benar telah mati sejak waktu yang lama. Dan Allah swt. kuasa menghidupkannya kembali. 
2.      Sisa-sia makanan dan minumannya seratus tahun yang lalu ternyata masih utuh tentu saja atas kehendak dan kekuasaan Allah swt. Ini membuktikan kekuasaan-Nya sebab dalam keadaan biasa, makanan dan minuman akan rusak setelah beberapa hari. Atau makanan itu memang telah rusak tetapi Allah swt. dapat mengembalikannya seperti semula. Inipun menjunjukkan kekuasaan-Nya. 
3.      Keledainya yang telah lama mati dan tinggal tulang-belulang belaka oleh Tuhan dihidupkan kembali seperti semula. Dan hal ini dilakukan dihadapan mata orang tersebut agar dapat disaksikannya dengan nyata. 
            Semua hal itu merupakan bukti-bukti yang nyata tentang kekuasaan Allah dan bahwa Allah swt. kuasa menciptakan sesuatu dan kuasa pula untuk mengulangi kejadian makhluk-Nya itu. Maka sirnalah segala macam syubhat dan keragu-raguan dan timbullah keyakinan yang kokoh tentang keesaan dan kekuasaan Allah. Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk membangkitkan dan menghidupkan kembali makhluk-Nya di akhirat sesudah kiamat.





TAFSIR JALALAIN

(Atau) tidakkah kamu perhatikan (orang) 'kaf' hanya tambahan belaka (yang lewat di suatu negeri). Orang itu bernama Uzair dan lewat di Baitulmakdis dengan mengendarai keledai sambil membawa sekeranjang buah tin dan satu mangkuk perasan anggur (yang temboknya telah roboh menutupi atap-atapnya), yakni setelah dihancurkan oleh raja Bukhtanashar. (Katanya, "Bagaimana caranya Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah robohnya?") disebabkan kagumnya akan kekuasaan-Nya (Maka Allah pun mematikan orang itu) dan membiarkannya dalam kematian (selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya). Untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana caranya demikian itu. (Allah berfirman) kepadanya, (Berapa lamanya kamu tinggal di sini?) (Jawabnya, "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari) karena ia mulai tidur dari waktu pagi, lalu dimatikan dan dihidupkan lagi di waktu Magrib, hingga menurut sangkanya tentulah ia tidur sepanjang hari itu. (Firman Allah swt., "Sebenarnya sudah seratus tahun lamanya kamu tinggal; lihatlah makanan dan minumanmu itu) buah tin dan perasan anggur (yang belum berubah) artinya belum lagi basi walaupun waktunya sudah sekian lama. 'Ha' pada 'yatasannah' ada yang mengatakan huruf asli pada 'sanaha', ada pula yang mengatakannya sebagai huruf saktah, sedangkan menurut satu qiraat, tidak pakai 'ha' sama sekali (dan lihatlah keledaimu) bagaimana keadaannya. Maka dilihatnya telah menjadi bangkai sementara tulang belulangnya telah putih dan berkeping-keping. Kami lakukan itu agar kamu tahu, (dan akan Kami jadikan kamu sebagai tanda) menghidupkan kembali (bagi manusia. Dan lihatlah tulang-belulang) keledaimu itu (bagaimana Kami menghidupkannya) dibaca dengan nun baris di depan. Ada pula yang membacanya dengan baris di atas kata 'nasyara', sedang menurut qiraat dengan baris di depan berikut zai 'nunsyizuha' yang berarti Kami gerakkan dan Kami susun, (kemudian Kami tutup dengan daging) dan ketika dilihatnya tulang-belulang itu sudah tertutup dengan daging, bahkan telah ditiupkan kepadanya roh hingga meringkik. (Maka setelah nyata kepadanya) demikian itu dengan kesaksian mata (ia pun berkata, "Saya yakin") berdasar penglihatan saya (bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"). Menurut satu qiraat 'i`lam' atau 'ketahuilah' yang berarti perintah dari Allah kepadanya supaya menyadari.






dikutip : http://adf.ly/2y5jD & http://adf.ly/2y5ks

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India