Atau
apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:` Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negeri ini setelah roboh? `Maka Allah mematikan orang itu
seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya:` Berapakah
lamanya kamu tinggal di sini? `Ia menjawab:` Saya telah tinggal di sini sehari
atau setengah hari `. Allah berfirman:` Sebenarnya kamu telah tinggal di sini
seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi
berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang);
Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami menutupnya dengan daging `. Maka tatkala telah nyata kepadanya
(bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata:` Saya yakin
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu `. (QS. 2:259)
TAFSIR IBNU KATSIR
Berhubungan
dengan ayat sebelumnya 258, maka ayat 259, menurut Ibnu Abi Hatim meriwayatkan
dari 'Ali bin Abi Thalib , ia berkata : "Ia adalah Uzair". Pendapat
ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas,
al-Hasan, Qatadah, as-Suddi, dan Sulaiman bin Buraidah. Pendapat inilah yang
mahsyur. Dan negeri yang dimaksud adalah BAITUL MAQDIS.
Ia melintasi negeri itu setelah dihancurkan dan dibunuh penduduknya oleh
Raja Bukhtanashar.
وَهِيَ خَاوِيَةٌ "Yang temboknya roboh menutupi atapnya",
maksudnya tidak ada seorang pun di sana.
Sedangkan
firman Allah Ta'ala عَلَى عُرُوشِهَا
"Yang temboknya telah roboh menutupi atapnya artinya bangunan itu sudah
runtuh dan temboknya telah roboh ke lantainya. Maka orang itu berdiri seraya
berfikir tentang kejadian yang menimpa negeri itu beserta penduduknya, padahal
sebelumnya negeri itu dipenuhi oleh bangunan-bangunan yang megah.
Ia
pun berkata : أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا "Bagaimana
Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" , perkataan itu ia
ucapkan setelah menyaksikan kerusakan dan kehancuran perkataan yang sangat
parah serta tidak mungkin bisa kembali ramai seperti sediakala.
Maka
Allah Ta'ala berfirman : فَأَمَاتَهُ اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali.", Allah berfirman "Aku membangun kembali negeri itu setelah
70 tahun berlalu dari kematiannya, penduduknya berkumpul kembali dan Bani
Israel telah kembali ke negeri tersebut. , ketika Allah membangkitkannya dari
kematian.
Yang
pertama kali dihidupkan Allah adalah kedua matanya, sehingga ia dapat melihat
ciptaan Allah, bagaimana Dia menghidupkan kembali badannya, maka setelah ia
hidup sempurna, Allah melalui Malaikat Nya bertanya :
كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ
"Berapa lama kamu tinggal disini ? "Ia menjawab: "Saya tinggal
di sini sehari atau setengah hari." , yang demikian itu disebabkan
kematiannya terjadi pada permulaan siang hari, kemudian ALlah Ta'ala
membangkitkannya setelah seratus tahun pada akhir siang hari. Ketika ia melihat
matahari masih bersinar, ia menyangka itu adalah matahari yang sama pada hari
kematiannya., sehingga ia mengatakan "atau setengah hari".
قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ Allah
berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah وَانظُرْ إِلَى حِمَارِكَ dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang); , maksudnya bagaimana Allah Ta'ala menghidupkan sedang engkau
memperhatikan.
وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِّلنَّاسِ
"Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Maksudnya
adalah sebagai dalil yang menunjukkan adanya hari akhir.
وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا dan
lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali", artinya Allah mengangkat nya lalu menyusunnya satu persatu
dengan yang lainnya. Dalam kitabnya al-Mustadrak , al Hakim meriwayatkan dari
Kharijah bin Zaid bin Tsabit , dari ayahnya bahwa Rasulullah Muhammad
salallahu' alaihiwassalam pernah membaca ayat كَيْفَ نُنشِزُهَا
membacanya dengan huruf "dza" kemudian ia mengatakan "Hadits
tersebut berisnad shahih", akan tetapi tidak diriwayatkan Imam Bukhari dan
Muslim.
ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً
"kemudian Kami membalutnya dengan daging." As-suddi dan ulama lainnya
mengatakan'bahwa tulang belulang keledai orang itu berserakan di sekitarnya ,
baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Kemudian ia memperhatikan
tulang-tulang itu yang tampak jelas karena putihnya. Selanjutnya Allah Ta'ala
mengirimkan angin untuk mengumpulkan kembali tulang dari segala tempat. Lalu
Allah menyusunnya setiap tulang menjadi seekor keledai yang berdiri dengan
tulang tanpa daging. Selanjutnya ALlah Ta'ala membungkusnya dengan daging,
urat, pembuluh darah dan kulit. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh melalui kedua lubang hidung kedelai. Dan dengan izin Allah Azza
Wajjala keledai itu bersuara. Semua peristiwa itu disaksikan oleh Uzair.
قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Ia
berkata "Aku yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"artinya
aku benar-benar mengetahui hal itu, aku telah menyaksikannya dengan kedua
mataku. Dan aku adalah orang yang mengetahui hal itu daripada orang - orang
lain se-zamanku.
TAFSIR DEPAG
Dalam
ayat ini, Allah memberikan perumpamaan lain, yang juga bertujuan untuk
membuktikan kekuasaan-Nya. Akan tetapi tokoh yang dikemukakannya dalam
perumpamaan ini bukanlah seorang yang ingkar dan tidak percaya kepada kekuasaan-Nya,
melainkan seorang yang pada mulanya masih ragu tentang kekuasaan Allah. Akan
tetapi setelah melihat bukti-bukti yang nyata, maka ia beriman dengan sepenuh
hatinya dan mengakui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Disebutkan
bahwa orang itu pada suatu kali berjalan melalui suatu desa yang sudah
merupakan puing-puing belaka. Bangunan-bangunannya sudah roboh, sehingga
atap-atap yang jatuh ke tanah sudah tertimbun oleh reruntuhan dindingnya.
Karena masih meragukan kekuasaan Allah swt., maka ketika ia menyaksikan
puing-puing tersebut ia lalu berkata: "Apa mungkinkah Allah menghidupkan
kembali desa yang telah roboh ini, dan mengembalikannya kepada keadaan
semula?"
Keraguannya
tentang kekuasaan Allah untuk dapat mengembalikan desa itu kepada keadaannya
semula, dapat pula kita terapkan kepada sesuatu yang lebih besar dari masalah
itu, yakni "kuasakah Allah untuk menghidupkan makhluk-Nya kembali di hari
berbangkit setelah mereka semua musnah di hari kiamat?"
Oleh
karena orang tersebut bukan orang kafir, melainkan seseorang yang masih berada
dalam tingkat keragu-raguan tentang kekuasaan Allah swt., dan ia memerlukan
bukti-bukti dan keterangan-keterangan, maka Allah telah berbuat sesuatu yang
akan memberikan keterangan-keterangan dan bukti-bukti tersebut kepadanya.
Kejadian tersebut adalah sebagai berikut: Setelah ia menemukan desa itu
sunyi-sepi dan bangunan-bangunannya sudah menjadi puing, ia masih menemukan di
sana pohon-pohon yang sedang berbuah. Lalu ia berhenti di suatu tempat, dan
setelah menambatkan keledainya, maka ia mengambil buah-buahan itu dan
dimakannya. Sesudah makan ia pun tertidur. Pada saat itu Allah swt.
mematikannya, yaitu dengan mengeluarkan ruhnya dari jasadnya seratus tahun
kemudian Allah swt. menghidupkan-Nya kembali dengan mengembalikannya seperti
keadaan semula dan mengembalikan ruhnya kepadanya. Proses "menghidupkan
kembali" ini berlangsung dengan cepat dan mudah, tanpa melalui masa
kanak-kanak dan sebagainya. Sementara itu sisa makanan yang ditinggalkannya
sebelum ia dimatikan, ternyata masih utuh dan tidak menjadi rusak, sedang
keledainya sudah mati, tinggal tulang-belulang belaka. Setelah ia dihidupkan
seperti semula, maka Allah mengajukan suatu pertanyaan kepadanya: "Sudah
berapa lamakah kamu berada di tempat itu?" Allah swt. mengajukan
pertanyaan itu adalah untuk menunjukkan kepadanya bahwa ia tidak dapat
mengetahui segala sesuatu, termasuk hal-ihwal dirinva sendiri. Hal ini telah
ternyata benar. Orang itu menyangka bahwa ia berada di tempat itu barulah
sebentar saja, yaitu sehari atau setengah hari saja. Sebab itu ia menjawab:
"Aku berada di tempat ini baru sehari atau setengah hari saja." Lalu
Allah menerangkan kepadanya bahwa ia telah berada di tempat itu seratus tahun
lamanya. Kemudian Allah swt. menyuruhnya untuk memperhatikan sisa-sisa makanan
dan minuman yang ditinggalkannya seratus tahun yang lalu yang masih utuh dan
tidak rusak. Ini membuktikan kekuasaan Allah swt. sebab biasanya makanan
menjadi rusak setelah dua atau tiga hari saja. Allah swt. juga menyuruhnya
untuk memperhatikan keledainya yang telah menjadi tulang-belulang itu pada
tempat itu. Kemudian Allah swt. memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menyusun
tulang-tulang itu pada tempat dan susunannya semula. Sesudah itu diberi-Nya
daging dan kulit serta alat tubuh lainnya serta dimasukan-Nya roh ke tubuh
keledai itu sehingga ia hidup kembali. Setelah melihat kenyataan-kenyataan itu
semua, maka orang tersebut menyatakan imannya dengan ucapan, "Sekarang aku
yakin benar-benar bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu termasuk
menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati." Dan berdasarkan keyakinan
itu hilanglah keragu-raguan tentang hari berbangkit.
Dalam
ayat ini Allah swt. tidak menjelaskan nama orang tersebut serta nama negeri
yang dilalui itu yang dipentingkan dalam ayat ini adalah pelajaran yang dapat
diambil dari peristiwa itu.
Bukti-bukti kekuasaan
Allah swt. yang diperlihatkan dalam ayat ini adalah sebagai berikut:
1. Orang yang dihidupkan kembali setelah
mati seratus tahun lamanya. Tulang-tulang keledainya menjadi bukti untuk
memastikan bahwa keledainya itu benar-benar telah mati sejak waktu yang lama.
Dan Allah swt. kuasa menghidupkannya kembali.
2.
Sisa-sia makanan dan minumannya seratus tahun yang lalu ternyata masih utuh
tentu saja atas kehendak dan kekuasaan Allah swt. Ini membuktikan kekuasaan-Nya
sebab dalam keadaan biasa, makanan dan minuman akan rusak setelah beberapa
hari. Atau makanan itu memang telah rusak tetapi Allah swt. dapat
mengembalikannya seperti semula. Inipun menjunjukkan kekuasaan-Nya.
3. Keledainya yang telah lama mati dan
tinggal tulang-belulang belaka oleh Tuhan dihidupkan kembali seperti semula.
Dan hal ini dilakukan dihadapan mata orang tersebut agar dapat disaksikannya
dengan nyata.
Semua hal itu merupakan bukti-bukti
yang nyata tentang kekuasaan Allah dan bahwa Allah swt. kuasa menciptakan
sesuatu dan kuasa pula untuk mengulangi kejadian makhluk-Nya itu. Maka sirnalah
segala macam syubhat dan keragu-raguan dan timbullah keyakinan yang kokoh
tentang keesaan dan kekuasaan Allah. Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
termasuk membangkitkan dan menghidupkan kembali makhluk-Nya di akhirat sesudah
kiamat.
TAFSIR JALALAIN
(Atau) tidakkah kamu perhatikan (orang)
'kaf' hanya tambahan belaka (yang lewat di suatu negeri). Orang itu bernama
Uzair dan lewat di Baitulmakdis dengan mengendarai keledai sambil membawa
sekeranjang buah tin dan satu mangkuk perasan anggur (yang temboknya telah
roboh menutupi atap-atapnya), yakni setelah dihancurkan oleh raja Bukhtanashar.
(Katanya, "Bagaimana caranya Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
robohnya?") disebabkan kagumnya akan kekuasaan-Nya (Maka Allah pun mematikan
orang itu) dan membiarkannya dalam kematian (selama seratus tahun, kemudian
menghidupkannya). Untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana caranya demikian
itu. (Allah berfirman) kepadanya, (Berapa lamanya kamu tinggal di sini?)
(Jawabnya, "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari) karena
ia mulai tidur dari waktu pagi, lalu dimatikan dan dihidupkan lagi di waktu
Magrib, hingga menurut sangkanya tentulah ia tidur sepanjang hari itu. (Firman
Allah swt., "Sebenarnya sudah seratus tahun lamanya kamu tinggal; lihatlah
makanan dan minumanmu itu) buah tin dan perasan anggur (yang belum berubah)
artinya belum lagi basi walaupun waktunya sudah sekian lama. 'Ha' pada
'yatasannah' ada yang mengatakan huruf asli pada 'sanaha', ada pula yang
mengatakannya sebagai huruf saktah, sedangkan menurut satu qiraat, tidak pakai
'ha' sama sekali (dan lihatlah keledaimu) bagaimana keadaannya. Maka dilihatnya
telah menjadi bangkai sementara tulang belulangnya telah putih dan
berkeping-keping. Kami lakukan itu agar kamu tahu, (dan akan Kami jadikan kamu
sebagai tanda) menghidupkan kembali (bagi manusia. Dan lihatlah
tulang-belulang) keledaimu itu (bagaimana Kami menghidupkannya) dibaca dengan
nun baris di depan. Ada pula yang membacanya dengan baris di atas kata
'nasyara', sedang menurut qiraat dengan baris di depan berikut zai 'nunsyizuha'
yang berarti Kami gerakkan dan Kami susun, (kemudian Kami tutup dengan daging)
dan ketika dilihatnya tulang-belulang itu sudah tertutup dengan daging, bahkan
telah ditiupkan kepadanya roh hingga meringkik. (Maka setelah nyata kepadanya)
demikian itu dengan kesaksian mata (ia pun berkata, "Saya yakin")
berdasar penglihatan saya (bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu").
Menurut satu qiraat 'i`lam' atau 'ketahuilah' yang berarti perintah dari Allah
kepadanya supaya menyadari.
dikutip : http://adf.ly/2y5jD & http://adf.ly/2y5ks
dikutip : http://adf.ly/2y5jD & http://adf.ly/2y5ks
0 comments:
Posting Komentar