Sabtu, 29 Oktober 2011

Keutamaan 10 Hari Awal Bulan Dzhulhijjah (Idhul Adha)

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu diantara 4 bulan yang dimuliakan dalam islam. Dari Abu Bakroh radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Tahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu (terdiri dari) dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan yang disucikan. Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram dan (satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban. [1]
Dengan hikmakNya Allah melebihkan zaman atau waktu tertentu untuk beramal shalih. Dimana amalan di dalamnya dilipatkan. Salah satunya adalah 10 awal di bulan Dzulhijjah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَيَالٍ عَشْر . وَالْفَجْرِ
Demi fajar dan demi malam yang sepuluh. [Al-Fajr: 1-2]
Allah telah bersumpah dalam ayat di atas dengan malam yang sepuluh yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh kebanyakan ulama tafsir.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عن ابن عباس قال: قال رسول الله : ((ما من أيامٍ العملُ الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام))، يعني: أيام العشر. قالوا: يا رسولَ الله، ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال: ((ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء)) رواه البخاري وأبو داود والترمذي وابن ماجه.
Tidak ada hari-hari yang pada waktu itu amal shaleh lebih dicintai oleh Allah melebihi sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah). Para sahabat radhiyallahu ‘anhum bertanya: “Wahai Rasulullah, juga (melebihi keutamaan) jihad di jalan Allah? Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali seorang yang keluar (berjihad di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak ada yang kembali sedikitpun. [2]
Lalu, manakah yang lebih afdhal, sepuluh terakhir di bulan Ramadhan atau sepuluh awal bulan Dzulhijjah? Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Jika dilihat pada malamnya, maka sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih utama dan jika dilihat waktu siangnya, maka sepuluh awal bulan Dzulhijjah lebih utama” [3]
Amalan di 10 awal bulan Dzulhijah
1. Haji dan Umrah
Kedua ibadah inilah yang paling utama dilaksanakan pada hari-hari tersebut. Haji adalah salah satu rukun islam. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah . (Al Imran: 96)
Kedua amalan ini memiliki pahala yang besar, sebagaimana yang ditunjukkan dalam sebuah hadits, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Umrah yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus dosa-dosa) diantara keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali Syurga” [4].
2. Takbir dan Dzikir
Memperbanyak takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut. Sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan (QS. Al Hajj: 28)
Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiallahu ‘anhuma ketika keduanya keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah mereka berdua bertakbir, maka orang-orang pun ikut berakbir sebagaimana takbir mereka berdua [5]. Disyariatkan pada hari-hari itu takbir muthlaq, yaitu pada setiap saat, pada saat siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyari`atkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat jama’ah fardhu. Bagi jama’ah haji dimulai sejak fajar hari arafah sedang selain jama’ah haji dimulai dari sejak zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat ashar pada akhir hari tasyriq [6].
3. Puasa
Berpuasa pada hari-hari tersebut atau sebagiannya, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Sebagaiamana terdapat dalam hadits,“Bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa ‘Asyuro’ dan (juga berpuasa) sembilan hari di bulan Dzulhijjah serta tiga hari di setiap bulannya”[7]. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,“(Puasa Arafah) menghapus dosa-dosa kecil setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” [8]
4. Qurban
Memotong hewan qurban (Udhiyah) bagi yang mampu pada hari raya Qurban (10 Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Sebagaiaman firman Allah Shubhaanahu wa ta’ala ,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah (QS. Al Kautsar : 2)
Berkata sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan berqurban dalam ayat ini adalah menyembelih udhiyah (hewan kurban) yang dilakukan sesudah shalat ‘Ied [9]. Untuk itu bagi yang mampu berkurban maka hendaknya berkurban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من كان له سعةُ و لم يُضَحِّ فلا يَقربنَّ مُصلا نا
Barangsiapa memiliki keleluasaan (rezeki) lalu dia tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat sholat kita.”[10]
Bagi orang yang berniat untuk berqurban hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya sampai dia berqurban, diriwayatkan dari Umu Salamah, Rasulullah bersabda,“Jika kalian telah melihat awal bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian berniat untuk menyembelih hewan qurban maka hendaknya dia menahan rambut dan kukunya”. [11]
5. Sholat Ied
Melaksanakan shalat `Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Setiap muslim hendaknya tahu akan hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. 10 Dzulhijjah merupakan hari yang paling agung di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah :
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ اْلقِرِّ.
Seutama-utama hari di sisi Allah ialah hari Iedul `adh-ha kemudian hari berikutnya [12].
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan penuh semangat untuk melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah. Melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan dan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini dan berusaha mendapat ridha-Nya.
Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah serta keluarga dan sahabatnya.
Selesai ditulis di Riyadh, di ambang pintu Dzulhijjah, 29 Dzulqa’dah 1431 H (6 Nov 2010). Direvisi 28 Dzulqa’dah 1432 (26 Oktober 2011). Abu Zakariya Sutrisno, Artikel : www.ukhuwahislamiah.com / www.thaybah.or.id

Notes :
[1]. HR. Bukhari (3197) dan Muslim (1679)
[2]. HR Bukhari (926)
[3]. Lihat Zaadul Ma’ad (1/57)
[4]. HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah. Lihat Shahiihut Targhiib (1096)
[5]. HR. Bukhari
[6]. Lihat “Keutamaan Sepuluh Hari Dzulhijjah dan Amalan-Amalan yang Disyari’atkan” oleh Syaikh Abdullah Jibrin rahimahullah.
[7]. HR. Abu Dawud (2437), lihat Shahih Sunan Abi Dawud (2/78)
[8]. HR. Muslim (1162)
[9]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4:505) dan Al Mughni (13:360)
[10]. HR. Ahmad (1/321), Ibnu Majah (3213), sanadnya hasan
[11]. HR. Muslim
[12]. HR. Abu Daud (II/369)(1756) dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ (1064)

Dikutip : http://adf.ly/3SYTj

Rabu, 26 Oktober 2011

Doa Rasulullah : Sewaktu Terbangun di Malam Hari

 3878 - حدثنا عبد الرحمن بن إبراهيم الدمشقي . حدثنا الوليد بن مسلم . حدثنا الأوزاعي . حدثني عمير بن هاني . حدثني بن أبي أمية عن عبادة بن الصامت 
 : قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( من تعار من الليل فقال حين يستيقظ لا إلاه إلا الله وحده لاشريك له . له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير . سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم . ثم دعا رب اغفرلي . غفرله ) 
 قال الوليد أو 
 : قال ( دعا استجيب له فإن قام فتوضأ ثم صلى قبلت صلاته ) 
 [ 3878 - ش - ( من تعار ) بتشديد الراء أي استقيظ . ] 
قال الشيخ الألباني : صحيح 


Artinya :

3878 - Memberitahu kami Ibrahim bin Abdul Rahman dari Damaskus. Memberitahu kami Walid bin Muslim. Beritahu kami Ouzai. mengatakan kepada saya Amir bin Hani . Bercerita kepada bin abi amiyah dari Ibadah bin Shamat : Rasulullah saw (dari Definisi malam dan dia berkata ketika ia bangun
'La ila haillah wahdahu laa syarikalahu, lahulmulku walahu lhamdu wahuwa ala kuli syai'in qadir. subhanallahu wala ila haillahu wa allahuakbar wala haula wa quwwata illa billahil 'aliil adhim' kemudian do'a 'robbi firlii ghafira lahu',)
Alwaleed mengatakan (do'a istajib lalu mengambil wudhu dan melalukan sholat akan diterima)
[3878 - u - (Barangsiapa berubah) percepatlah untuk bangun dari tidur ]
Syaikh Al-Albani berkata: Shohih


Ikhwan Fillah, Diketahui bahwa jika dimalam hari Rasulullah terbangun maka Beliau berdo'a seperti diatas dan tak lupa langsung melakukan sholat malam, untuk menghidupkan malam-malam dengan menjalankan sholat.

Wallahu'alam bishowab


Sumber :

Buku: Sunan Ibnu Majah
Penulis: Abu Yazid Muhammad bin Abdullah al-Qazwini
Penerbit: Dar Fikr - Beirut

Rabu, 19 Oktober 2011

Al-Quran dan Terjemahan

Minggu, 16 Oktober 2011

Kisah Nyata : SEORANG PEMUDA ARAB YG MENIMBA ILMU DI AMERIKA

Assalamu'alaikum Saudara Sejati 

KISAH NYATA SEORANG PEMUDA ARAB YG MENIMBA ILMU DI AMERIKA (sebuah hadiah kecil) 
Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. 
Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberinya hidayah masuk Islam. 
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. 
Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghor-matan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. 
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda ini beranjak keluar. Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. 
Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut. Sang pendeta berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menja-wabnya dengan tepat." Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silahkan!" 
Sang pendeta pun mulai bertanya, 
1. Sebutkan satu yang tiada duanya, 
2. dua yang tiada tiganya, 
3. tiga yang tiada empatnya, 
4. empat yang tiada limanya, 
5. limayang tiada enamnya, 
6. enam yang tiada tujuhnya, 
7. tujuh yang tiada delapannya, 
8. delapan yang tiada sembilannya, 
9. sembilan yang tiada sepuluhnya, 
10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh, 
11. sebelas yang tiada dua belasnya, 
12. dua belas yang tiada tiga belasnya, 
13. tiga belas yang tiada em-pat belasnya. 
14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh! 
15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya? 
16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga? 
17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya? 
18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu! 
19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api? 
20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu? 
21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar! 
22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?" 

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata, 
1. Satu yang tiada duanya ialah Allah subhanahu wa ta'ala. 
2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra': 12). 
3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh. 
4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an. 
5. Limayang tiada enamnya ialah shalat limawaktu. 
6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan makhluk. 
7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3). 
8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas kepala) mereka." (Al-Haqah: 17). 
9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan **** 
10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al- An'am: 160). 
11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara- saudaraYusuf 
12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60). 
13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya. 14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah subhanahu wa ta'ala ber- firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18). 
15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi YunusAS. 
16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba- lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka," tak ada cercaaan terhadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." 17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19). 
18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim. 
19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (AlAnbiya': ) 
20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua). 
21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28). 
22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang limawaktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari. 
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mende-ngar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta. Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?" 
Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak. 
Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!" Pendeta tersebut berkata, "Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah. " Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda." 
Sang pendeta pun berkata, "Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. 
Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa. 
* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.) ** Kisah nyata ini di ambil dari Mausu'ah al- Qishash al-Waqi'ah melalui internet, www.gesah.net <http:> Kaum yang berpikir (termasuk para pendeta) sedianya telah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dan akan menjaga manusia dalam kesejahteraan baik di dunia dan di akherat.. Apa yang menyebabkan hati-hati para pendeta itu masih tertutup bahkan cenderung mereka sendiri yang menutup rapat jiwanya.. Semoga Allah Subhanahu wata'ala memberikan Hidayah kepada mereka yang mau berpikir.. 


amiin Wallahu'alam bish 
Showabb 


================================ Banyak Foto...Silahkan bila berkenan tuk Tag, Share, copy sendiri atau oleh saudara2 yg lain. Smg bermanfaat saudaraQ Aamiin sumber : http://m.facebook.com/media/set/?set=a.158569650884884.39108.146425662099283&type=1&refid=17

Sabtu, 15 Oktober 2011

Download 20 Font Keren Arabic, Gratis !!


Kaligrafi Alquran masih menjadi satu jenis kesenian yang banyak di sukai orang. Selain karena mengandung kalimat-kalimat indah dan doa didalamnya, juga karena bentuk tulisannya yang kadang sangat menakjubkan.
Okelah, Bagi anda yang sedang membutuhkan font- untuk berbagai keperluan baik untuk desain kaligrafi atau untuk menulis ayat-ayat Alquran, bisa mengunduhnya disini. Tersedia 20 bentuk font menarik yang telah di bundel menjadi satu dalam bentuk .zip. 


Silakan : http://www.mediafire.com/?8u4ag04ni0xe9dq

Do'a Rosulullah : Sewaktu Terbangun di Malam Hari

3878 - حدثنا عبد الرحمن بن إبراهيم الدمشقي . حدثنا الوليد بن مسلم . حدثنا الأوزاعي . حدثني عمير بن هاني . حدثني بن أبي أمية عن عبادة بن الصامت 
 : قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( من تعار من الليل فقال حين يستيقظ لا إلاه إلا الله وحده لاشريك له . له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير . سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم . ثم دعا رب اغفرلي . غفرله ) 
 قال الوليد أو 
 : قال ( دعا استجيب له فإن قام فتوضأ ثم صلى قبلت صلاته ) 
 [ 3878 - ش - ( من تعار ) بتشديد الراء أي استقيظ . ] 
قال الشيخ الألباني : صحيح 




3878 - Menjelaskan Ibrahim bin Abdul Rahman dari Damaskus. Beritahu kami Walid bin Muslim. Beritahu kami Ouzai. Amir Ben-Hani mengatakan kepada saya. Ben bercerita tentang bin buta huruf ibadah ayah diam : Said:.. Rasulullah saw (dari Definisi malam dan dia berkata ketika ia bangun La ila haillah wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahu lhamdu wahuwa ala kuli syai'in qadir. subhanallahu wala ila haillahu wa allahuakbar wala haula wa quwwata illa billahil 'aliil adhim ' ,)

Alwaleed mengatakan (dia lalu mengambil wudhu dan melalukan sholat akan diterima) [3878 - u - (Barangsiapa berubah) kencangkan setiap Astakiz ra. ]
Syaikh Al-Albani berkata: Shohih

Kamis, 13 Oktober 2011

Etika Tidur Sesuai Tuntunan Rosulullah


Tidur Sesuai Dengan Tuntunan Rosulullah

Penulis: Abu Sa’id Satria Buana
Sumber: Buletin AtTauhid
Sesungguhnya seorang muslim memandang tidur sebagai nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
Allah berfirman yang artinya, “Dan karena rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepadaNya”. (QS. Al-Qashshash:73).
Dan Firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat” (QS. anNaba:9).
Adab-adab Tidur
Tidur seorang hamba pada waktu malam setelah segala aktivitas yang dilakukannya pada siang hari, akan membantu tubuhnya menjadi segar untuk bisa melakukan aktivitas pada esok hari, juga akan membantu tubuhnya lebih bersemangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah ta’ala. Maka dengan nikmat yang besar ini hendaknya seorang muslim bersemangat untuk menjaga tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam dalam masalah adab-adab yang berkaitan dengan tidur.
Di antara adab-adab tersebut adalah :
1. Tidak mengakhirkan tidur setelah melakukan shalat Isya kecuali karena perkara yang penting untuk dilakukan seperti mempelajari ilmu atau menjamu tamu atau untuk melayani keluarga. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya.
2. Tidur dengan berwudhu terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam, “Apabila kamu hendak tidur maka berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi kananmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Memulai tidur dengan membaringkan tubuh ke sisi sebelah kanan sebagaimana dalam hadits di atas.
4. Tidak tidur dengan tengkurap, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya itu adalah cara tidur yang dimurkai Allah ‘azza wa jalla”. (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih)
5. Mengumpulkan kedua telapak tangannya. Kemudian ditiup dan dibacakan : surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas. Kemudian dengan kedua telapak tangan tadi mengusap tubuh yang dapat dijangkau dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Mengibaskan tempat tidur dengan ujung sarung atau dengan pakaiannya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari).
7. Membaca doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah, seperti membaca do’a, “Bismika Allahumma amuutu wa ahyaa (dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup)” (HR. Bukhari dan Muslim).
8. Dianjurkan membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, takbir 33 kali atau 34 kali ketika hendak tidur, sebagaimana sabda beliau kepada Ali bin Abi Thalib dan istrinya ketika mereka hendak tidur, “Maka bacalah tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh tiga kali” dan dalam riwayat lain, “takbirlah tiga puluh empat kali” (HR Bukhari).
9. Dianjurkan juga membaca ayat kursi, membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah atau membaca surat Ali ‘Imran ayat 190-200 (HR. Bukhari).
10. Apabila tiba-tiba terbangun di tengah malam, maka dianjurkan meminta kepada Allah ta’ala karena saat itu adalah saat yang mustajab, sebagaimana sabda Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam, “Tidaklah seorang muslim yang tidur dalam keadaan suci dan berdzikir lalu
tiba-tiba terbangun di malam hari kemudian mohon kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat kecuali Allah akan mengabulkannya” (HR. Abu Dawud).
11. Ketika bermimpi buruk hendaknya berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk dan dari kejelekan yang dilihat dalam mimpi. (HR. Muslim).
12. Ketika bangun tidur hendaknya membaca doa, “Alhamdulillahil ladzi ahyaana ba’da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah membangkitkan kami dari mati (tidur) dan hanya kepada-Nya semuanya kembali)” (HR. Bukhari).
Demikianlah beberapa adab-adab tidur yang dituntunkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk senantiasa mengamalkannya, mengikuti sunnah Nabi-Nya, sehingga tidur kita tidak sekedar rutinitas untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, namun juga merupakan kenikmatan yang bernilai ibadah dan membuahkan pahala di sisi Allah.
Wallahu a’lam.

Kitab Ushul Sunnah Karya Imam Ahmad ibn Hanbal

أُصُول السُّـنّة




للإمام أحمد بن حنبل الشيباني

وهي من رواية عبدوس ابن مالك لعطار







قال أبو يعلى الحنبلي: «لو رُحل إلى الصين في طلبها لكان قليلا» 


قال الإمام أحمد - رضي الله عنه -: 


أصول السنة عندنا:

1 - التمسك بما كان عليه أصحاب الرسول - صلى الله عليه وسلم - 
2 - والاقتداء بهم 
3 - وترك البدع


4 - وكل بدعة فهي ضلالة 

5 - وترك الخصومات والجلوس مع أصحاب الأهواء 

6 - وترك المراء والجدال والخصومات في الدين 

7 - والسنة عندنا آثار رسول الله - صلى الله عليه وسلم - 
8 - والسنة تفسر القرآن، وهي دلائل القرآن 
9 - وليس في السنة قياس، ولا تضرب لها الأمثال، ولا تدرك بالعقول والأهواء. إنما هو الاتباع وترك الهوى 
11 - ومن السنة اللازمة التي من ترك منها خصلة، لم يقبلها ويؤمن بها؛ لم يكن من أهلها: 
12 - الإيمان بالقدر خيره وشره. والتصديق بالأحاديث فيه. والإيمان بها. لا يقال: (لمَ؟) و (كيف؟)، إنما هو التصديق والإيمان بها. ومن لم يعرف تفسير الحديث، ويبلغه عقله؛ فقد كفي ذلك وأحكم له؛ فعليه الإيمان به والتسليم له. 
مثل حديث: «الصادق المصدوق» ومثل ما كان مثله في القدر والرؤية والقرآن وغيرها من السنن مكروه، ومنهي عنه، لا يكون صاحبه، وإن كان بكلامه سنة من أهل السنة حتى يدع الجدال ويسلم. ويؤمن بالآثار 
13 - والقرآن كلام الله وليس بمخلوق، ولا يضعف أن يقول: ليس بمخلوق. قال: فإن كلام الله ليس ببائن منه، وليس منه شيء مخلوق. 
وإياك ومناظرة من أحدث فيه، ومن قال باللفظ وغيره، ومن وقف فيه قال: (لا أدري مخلوق أو ليس بمخلوق، وإنما هو كلام الله). فهذا صاحب بدعة مثل من قال: (هو مخلوق)، وإنما هو كلام الله ليس بمخلوق. 
14 - والإيمان بالرؤية يوم القيامة كما روي عن النبي - صلى الله عليه وسلم - من الأحاديث الصحاح 
15 - وأن النبي - صلى الله عليه وسلم - قد رأى ربه. فإنه مأثور عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - صحيح. رواه قتادة عن عكرمة عن ابن عباس، ورواه الحكم عن أبان عن ابن عباس، ورواه علي بن زيد عن يوسف بن مهران عن ابن عباس. والحديث عندنا على ظاهره، كما جاء عن النبي - صلى الله عليه وسلم - والكلام فيه بدعة. ولكن نؤمن به كما جاء على ظاهره. ولا نناظر فيه أحدا 
16 - والايمان بالميزان بوم القيامة. كما جاء «يوزن العبد يوم القيامة فلا يزن جناح بعوضة» وتوزن أعمال العباد كما جاء في الأثر. والإيمان به والتصديق به، والإعراض عن من رد ذلك وترك مجادلته 
17 - وأن الله يكلم العباد يوم القيامة ليس بينهم وبينه ترجمان والإيمان به والتصديق به 
18 - والإيمان بالحوض وأن لرسول الله - صلى الله عليه وسلم - حوضا يوم القيامة ترد عليه أمته، عرضه مثل طوله مسيرة شهر، آنيته كعدد نجوم السماء على ما صحت به الأخبار من غير وجه. 
19 - والإيمان بعذاب القبر 
20 - أن هذه الأمة تفتن في قبورها وتسأل عن الإيمان والإسلام، ومن ربه ؟ ومن نبيه ؟ ويأتيه منكر ونكير كيف شاء الله عز وجل وكيف أرارد. والإيمان به والتصديق به 
21 - والإيمان بشفاعة النبي - صلى الله عليه وسلم - لقوم يخرجون من النار بعدما احترقوا وصاروا فحما؛ فيؤمر بهم إلى نهر على باب الجنة - كما جاء في الأثر - كيف شاء الله وكما شاء. 
إنما هو الإيمان والتصديق به. 
22 - والإيمان أن المسيح الدجال خارج مكتوب بين عينيه كافر، والأحاديث التي جـاءت فيـه، والإيمان بأن ذلك كائن. 
23 - وأن عيسى ابن مريم - عليه السلام – ينـزل فيقتله بباب لد. 
24 - والإيمان قول وعمل يزيد وينقص 
كما جاء في الخبر "أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا" 
25 - "ومن ترك الصلاة فقد كفر" و"ليس من الأعمال شيء تركه كفر إلا الصلاة" من تركها فهو كافر. وقد أحل الله قتله. 
26 - وخير هذه الأمة بعد نبيها: أبو بكر الصديق، ثم عمر بن الخطاب، ثم عثمان بن عفان. نقدم هؤلاء الثلاثة كما قدمهم أصحاب رسول الله - صلى الله عليه وسلم -. لم يختلفوا في ذلك. ثم بعد هؤلاء الثلاثة أصحاب الشورى الخمسة: علي بن أبي طالب , وطلحة، والزبير، وعبد الرحمن بن عوف، وسعد، وكلهم يصلح للخلافة. وكلهم إمام. ونذهب في ذلك إلى حديث ابن عمر "كنا نعد ورسول الله - صلى الله عليه وسلم - حي وأصحابـه متوافرون: أبوبكر ثم عمر ثم عثمان، ثم نسكت" ثم بعد أصحاب الشورى أهل بدر من المهاجرين، ثم أهل بدر من الأنصار من أصحاب رسول الله - صلى الله عليه وسلم - على قدر الهجرة والسابقة أولا فأول. 
27 - ثم أفضل الناس بعد هؤلاء أصحاب رسول الله - صلى الله عليه وسلم - القرن الذي بعث فيهم. كل من صحبه سنة أو شهرا أو يوما أو ساعة أو رآه فهو من أصحابه له من الصحبة على قدر ما صحبه، وكانت سابقته معه وسمع إليه ونظر إليه نظرة. فأدناهم صحبة هو أفضل من القرن الذين لم يروه. ولو لقو الله بجميع الأعمال؛ كان هؤلاء الذين صحبوا النبي - صلى الله عليه وسلم - ورأوه وسمعوا منه ومن رآه بعينه وآمن به ولو ساعة أفضل لصحبته من التابعين ولو عملوا كل أعمال الخير. 
28 - والسمع والطاعة للأمة وأمير المؤمنين البر والفاجـر ومن ولي الخلافة، واجتمع الناس عليه ورضوا به، ومن عليهم بالسيف حتى صار خليفة وسمي أمير المؤمنين. 
29 - والغزو ماض مع الأمراء إلى يوم القيامة البر والفاجر لا يترك. 
30 - وقسمة الفيء، وإقامة الحدود إلى الأئمة ماض، ليس لأحد أن يطعن عليهم، ولا ينازعهم. 
31 - ودفع الصدقات إليهم جائزة نافذة. من دفعها إليهم أجزأت عنه برا كان أو فاجرا. 
32 - وصلاة الجمعة خلفه، وخلف من ولاه جائزة باقية تامة ركعتين، من أعادهما فهو مبتدع، تارك للآثار، مخالف للسنة، ليس له من فضل الجمعة شيء؛ إذا لم ير الصلاة خلف الأئمة برهم وفاجرهم فالسنة بأن يصلي معهم ركعتين ويدين بأنها تامت. لايكن في صدرك من ذلك شك. 
33 - ومن خرج على إمام من أمة المسلمين وقد كان الناس اجتمعوا عليه وأقروا له بالخلاقة بأي وجه كان بالرضا أو بالغلبة فقد شق هذا الخارج عصا المسلمين، وخالف الآثار عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فإن مات الخارج عليه مات ميتة جاهلية. 
34 - ولا يحل قتال السلطان ولا الخروج غليه لأجد من الناس. فمن فعل ذلك فهو مبتدع على غير السنة والطريق. 
35 - وقتال اللصوص والخوارج جائز إذا عرضوا للرجل في نفسه وماله فله أن يقاتل عن نفسه وماله، ويدفع عنها بكل ما يقدر، وليس له إذا فارقوه أو تركوه أن يطلبهم، ولا يتبع آثارهم، ليس لأحد إلا الإمام أو ولاة المسلمين. إنما له أن يدفع عن نفسه في مقامه ذلك، وينوي بجهده أن لا يقتل أحدا؛ فإن مات علي يديه في دفعه عن نفسه في المعركة فأبعد الله المقتول وإن قتل هذا في تلك الحال وهويدفع عن نفسه وماله رجوت له الشهادة. كما جاء في الأحاديث وجميع الآثار في هذا إنما أمر بقتاله، ولم يأمر بقتله ولا اتباعه، ولا يجيز عليه إن صرع أو كان جريحا، وإن أخذه أسيرا فليس له أن يقتله، ولا يقيم عليه الحد، ولكن يرفع أمره إلى من ولاه الله فيحكم فيه. 
36 - ولا نشهد على أحد من أهل القبلة بعمل يعمله بجنة أونار. نرجو للصالح ونخاف عليه، ونخاف على المسيء المذنب. ونرجو له رحمة الله. 
37 - ومن لقي الله بذنب يجب له ربه النار -تائبا غير مصر عليه - فإن الله يتوب عليه. ويقبل التوبة عن عباده ويعفو عن السيئات. 
38 - ومن لقيه وقد أقيم عليه حد ذلك الذنب في الدنيا فهو كفارته. كما جاء في الخبر عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -. 
39 - ومن لقيه مصرا غير تائب من الذنوب التي قد استوجب بها العقوبة ؛ فأمره إلى الله إن شاء عذبه وإن شاء غفر له. 
40 - ومن لقيه من كافر عذبه ولم يغفر له. 
41 - والرجم حق على من زنا وقد أحصن إذا اعترف أو قامت عليه بينة. 
42 - وقد رجم رسول الله - صلى الله عليه وسلم -. 
43 - وقد رجمت الأئمة الراشدون. 
44 - ومن انتقص أحدا من أصحاب رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أو أبغضه بحدث كان منه أو ذكر مساوئه كان مبتدعا حتى يترحم عليهم جميعا، ويكون قلبه لهم سليما. 
45 - والنفاق هو الكفر: أن يكفر بالله ويعبد غيره، ويظهر الإسلام في العلانية، مثل المنافقين الذين كانوا على عهد رسول الله - صلى الله عليه وسلم - 
46 - وقوله - صلى الله عليه وسلم - : "ثلاث من كُنَّ فيه فهو منافق" 
هذا على التغليظ نرويها كما جاءت، ولا نفسرها. 
47 - وقولـه - صلى الله عليه وسلم - "لا ترجعوا بعدي كفارا ضلالا يضرب بعضكم رقاب بعض". ومثل: "إذا التقى المسلمان بسيفيهما فالقاتل والمقتول في النار" ومثل "سباب المسلم فسوق وقتاله كفر" ومثل "من قال لأخيه يا كافر فقد باء بها أحدهما" ومثل "كفر بالله تبرؤ من نسب وإن دق ". 
48 - ونحو هذه الأحاديث مما صح وحفظ، فإنا نسلم له، وإن لم نعلم تفسيرها ولا نتكلم فيها ولا نجادل فيها، ولا نفسر هذه الأحاديث إلا مثل ما جاءت لا نردها إلا بأحق منها 
49 - والجنة والنار مخلوقتان كما جاء عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: "دخلت الجنة فرأيت قصرا"، "ورأيت الكوثر" 
و"اطلعت في الجنة فرأيت أكثر أهلها. . . ."، "واطلعت في النار فرأيت. . . . . . كذا"، فمن زعم أنهما لم تخلقا فهو مكذب بالقرآن , وأحاديث رسول الله - صلى الله عليه وسلم -، ولا أحسبه يؤمن بالجنة والنار. 
50 - ومن مات من أهل القبلة موحدا يصلى عليـه ويستغفر له، ولا يحجب عنه الاستغفار، ولا تترك الصلاة عليه لذنب أذنبه -صغيرا كان أو كبيرا - أمره إلى الله. 




Penerjemahan :


Isi : Kitab ini berisi penjelasan tentang Pokok-Pokok Sunnah serta Aqidah Ahlusunnah Wal Jama’ah yang dipegang teguh oleh Kaum Muslimin, Kitab ini juga mengajarkan dasar-dasar Agama yang menjadi pedoman bagi kaum Muslimin dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Dan Diantara Pokok-Pokok Sunnah Adalah :
1. Berpegang teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.


2. Berqudwah (mengambil teladan ) pada mereka.

3. Meninggalkan Bid’ah-Bid’ah.

4. Setiap Bid’ah adalah kesesatan.

5. Meninggalkan permusuhan dan brduduk-duduk dngan ahlil ahwa’ (pengekor hawa nafsu).

6. Meninggalkan perdebatan dan adu argumentasi serta pertikaian dalam urusan Agama.

7. As-Sunnah menurut kami adalah atsar-atsar Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

8. As-Sunnah adalah penjelasan Al-Qur’an yakni petunjuk-petunjuk dalam Al-Qur’an.

9. Di dalam As-Sunnah tidak ada qiyas, dan tidak mengukur dengan perumpamaan, dan mengukur dengan akal atau hawa nafsu,
dan tinggalkan itu semua.

10. As-Sunnah tidak boleh dibuat permisalan dan tidak dapat diukur denan akal dan hawa nafsu, akan tetapi dengan Ittiba’ dan meninggalkan hawa nafsu.

11. Dan termasuk dari Sunnah yang tidak boleh ditinggalkan dan bila ditinggalkan satu perkara saja darinya maka ia tidak menerima dan tidak beriman dengannya (Sunnah) dan tidak termasuk dari ahlinya.

12. Beriman terhadap taqdir baik dan buruknya dan mmbenarkan hadits-hadits tentangnya dan mengimaninya, dan tidak boleh mengatakan : “Kenapa dan Bagaimana”, karna hal itu tiada lain hanyalah membenarkan dan mengimaninya. barangsiapa yang tidak mengerti penjelasan hadits (tentang taqdir) dan akalnya tidak sampai, maka hal itu telah cukup dan kokoh baginya. maka wajib baginya mengimaninya dan berserah diri. seperti hadits (as-Shaadiqul mashduua), dan hadits semisalnya tentang taqdir, juga semua hadits-hadits tentang melihat Allah, meskipun jarang terdengar dan banyak yang tidak suka mendengarnya, maka wajib mengimaninya dan tidak boleh menolak darinya satu hurufpun, dan hadits-hadits selainnya yang ma’tsur dari orang-orang yang tsiqah (terpercaya). tidak boleh mendebat seseorang tentangnya an mempelajari ilmu berdebat, karena berdebat tntang : “Taqdir, Ru’yah, Al-Qur’an dan yang selainnya dari (perinsip-perinsip) As-Sunnah adalah makruh dan terlarang. dan tidak termasuk Ahli Sunnah” meskipun perkataannya sesuai dengan As-Sunnah hingga ia meninggalkan perdebatan dan berserah diri serta beriman terhadap atsar-atsar.

13. Al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk, dan tidak boleh melemah untuk mengatakan Al-Qur’an bukanlah makhluk, karena sesungguhnya kalam Allah itu tidak terpisah dari-Nya dan tiada satu bagianpun dari-Nya yang makhluk, dan hindarilah berdebat dengan orang yang membuat perkara baru tentangnya. orang yang mengatakan lafadzku dengan Al-Qur’An adalah makhluk dan selainnya serta orang yang tawaqqkuf tentangnya, yang mengatakan “aku tidak tahu makhluk atau bukan makhluk akan tetapi dia adalah kalam Allah” karena orang ini adalah ahli bid’ah seperti orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalam Allah dan bukan makhluk.

14. Beriman terhadap Ru’yah (melihat Allah) pada hari kiamat sebagaimana hadits-hadits shahih yang diriwayatkan dari Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

15. Dan Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melihat Rabbnya. telah ada atsar yang shahih dari Rasulullah yang diriwayatkan dari Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dan diriwayatkan oleh Al-Hakkam bin Abban dan Ikrimah dari Ibnu Abbas, serta diriwayatkan oleh Ali bin Zaid dari Yusuf bin Mihran dari Ibnu Abbas. dan hadits tersebut menurut kami hendaknya ifahami sesuai dengan makna zhahirnya, sebagaimana hal itu datang dari Nabi. sebab memperdebatkan tentangnya adalah bid’ah. akan tetapi kami mengimaninya sesuai dengan makna zhahirnya sebagaimana hal tersebut datang (kepada kami) dan kami tidak memperdebatkan tentangnya dengan siapapun.

16. Beriman kepada Al-Mizan (timbangan) pada hari kiamat, sebagaimana (yang di jelaskan) dalam hadits : “Seorang hamba akan ditimbang pada hari kiamat, maka ia tidak bisa mengimbangi berat sayap seekor nyamuk” . dan juga amalan-amalan para hamba akan ditimbang sebagaimana (yang dijelaskan) dalam Atsar, mengimani membenarkannya, dan berpaling dari orang yang menolaknya serta meninggalkan perdebatan dengannya.

17. Allah akan mengajak bicara hamba-hamba-Nya pada hari kiamat tanpa ada penerjemah antara mereka dengan-Nya dan kita wajib mengimani dan membenarkannya.

18. Beriman dengan Telaga, dan bahwa Rasulullah memiliki telaga pada hari kiamat yang akan didatangi oleh umatnya, dimana luasnya sepanjang perjalanan sebulan dan bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang dilangit. menurut riwayat-riwayat yang shahih dari beberapa jalan.

19. Beriman kepada Adzab kubur.

20. Dan bahwa ummat ini akan diuji dan ditanya didalam kuburnya tentang Iman, Islam dan siapa Rabbnya, siapa Nabinya, dan akan didatangi oleh malaikat Munkar dan Nakir sesuai dengan kehendak dan keinginan Allah. dan kita mengimani dan membenarkannya.

21. Beriman terhadap syafa’at Nabi dan suatu kaum yang yang dikeluarkan dari api neraka setelah terbakar dan menjadi arang, kemudian mereka diperintahkan menuju sungai didepan Surga sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana (yang dijelaskan) dalam Atsar. dan kita mengimani dan membenarkannya.

22. Beriman bahwa Al-Masih ad-Dajjal akan keluar, tertulis diantara kedua matanya “Kaafir” dan kita beriman terhadap hadits-hadits tentangnya dan bahwa hal itu pasti akan terjadi.

23. Dan bahwa Isa bin Maryam ‘Alaihissalam akan turun lalu membunuhnya di pintu Lud.

24. Iman adalah perkataan dan perbuatan, dapat bertambah dan berkurang, sebagaimana (yang dijelaskan) dalam hadits : “Orang yang paling sempurna Imannya adalah orang yang paling baik Akhlaknya”.

25. Barangsiapa yang meninggalkan Shalat maka ia telah kafir. dan tidak ada satu amalan apapun yang apabila ditinggalkan maka akan menyebabkan kekafiran melainkan shalat. maka barangsiapa yang meninggalkan maka ia telah kafir dan Allah telah menghalalkannya untuk dibunuh.

26. Sebaik-baiknya orang dari Ummat ini setelah Nabi Muhammad adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian Umar bin Khaththab. kemudian Utsman bin Affan, Kami mendahulukan mereka bertiga sebagaimana Para Sahabat Rasulullah mendahulukan mereka, mereka tidak berselisih pendapat tentang hal ini. kemudian setelah mereka adalah lima orang Ashaabu Asyuura’ (yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqash) mereka semua patut untuk menjadi khalifah, dan semuanya adalah Imam (pemimpin), kami berpendapat demikian berdasarkan hadits Ibnu Umar : “Kami menyebut secara berurutan tatkala Rasulullah masih hidup dan para sahabat masih berkumpul, yaitu : Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian kami diam … Kmudian setelah Ashaabu Asyuura’ adalah ahli badar dari kaum muhajirin, kemudian ahli badar dari kaum Anshar dari para Sahabat Rasulullah sesuai dengan kadar hijrah dan keterdahuluannya (masuk Islam).

27. Kemudian sebaik-baik manusia setelah para Sahabat adalah generasi yang Rasulullah diutus padanya. setiap orang yang bersahabat dengannya baik setahun, sebulan, sehari, sesaat atau pernah melihatnya, maka ia trmasuk dari para sahabatnya, ia memiliki keutamaan bersahabat sesuai dengan waktu persahabatannya. karena keterdahuluannya bersama beliau, telah mendengar darinya, dan melihat kepadanya. maka serendah-rendah derajat mereka masih lebih utama dibanding dengan generasi yang tidak pernah melihatnya walaupun ia berjumpa Allah dengan membawa seluruh amal (kebaikan). mereka orang-orang yang pernah ersahabat dngan Nabi, melihat dan mendengar adarinya, serta orang yang melihat dngan mata kepalanya dan beriman kepadanya walaupun sesaat masih lebih utama, dikarenakan persahabatannya dengan beliau dari pada para tabi’in walaupun mereka mengamalkan segala amal kebaikan.

28. Mendengar dan taan kepada para Imam dan pemimpin kaum Mu’minin yang baik maupun yang buruk, dan kepada khalifah yang manusia brsatu padanya dan meridhainya. dan juga kpada orang yang telah mengalahkan manusia dengan pedang (kekuatan) hingga ia menjadi khalifah dan di sebut sebagai Amirul Mukminin.

29. Perang dilakukan bersama para pemimpin yang baik maupun yang buruk, terus berlangsung sampai hari kiamat, dan tidak boleh ditinggalkan.

30. Pembagian Fa’i (harta rampasan perang dari kaum kafir tanpa terjadi peprangan) dan menegakkan hukuman-hukuman harus diserahkan kepada para Imam. tidak boleh bagi siapapun untuk mencla dan menyelisihinya.

31. Membayar Zakat/Sedekah kepada mereka (para Imam) boleh dan terlaksana. barangsiapa membayarkannya kepada mereka maka hal itu telah cukup/sah baginya, baik pemimpin itu baik maupun buruk.

32. Melaksanakan Shalat jum’at dibelakang mereka dan dibelakang orang yang menjadikan mereka sebagai pemimpin hukumnya boleh dan sempurna dua rakaat. barangsiapa yang mengulangi shalatnya maka ia adalah seorang mubtadi’ yang meninggalkan atsar-atsar dan menyelisihi Sunnah, dan tidak ada baginya sedikitpun keutamaan shalat jum’at, apabila ia tidak berpendapat bolehnya shalat dibelakang para Imam, baik pemimpin itu baik maupun buruk karena Sunnah memerintahkan agar melaksanakan shalat bersama mereka dua rakaat dan mengakui bahwa shalat itu sempurna. tanpa ada keraguan terhadap hal itu didalam hatimu.

33. Barangsiapa yang keluar (dari ketaatan) terhadap seorang pemimpin dari para pemimpin kaum Muslimin, padahal manusia telah bersatu dan mengakui kehalifahan baginya dengan cara apapun. baik dengan ridha atau dengan kemenangan (Dalam Perang), maka sungguh orang tersebut telah memecah belah persatuan kaum muslimin dan menyelisihi atsar-atsar dari Rasulullah, dan apabila ia mati dalam keadaan demikian maka matinya seperti mati jahiliyah.

34. Tidak halal memerangi khalifah dan keluar dari ketaatan kepadanya dikarenakan seseorang, barangsiapa yang melakukan hal itu maka ia adalah seorang mubtadi’ yang bukan diatas Sunnah dan jalan( yang lurus).

35. Memerangi para pencuri dan orang-orang khawarij (yang keluar dari ketaatan kepada khalifah) maka hal ini boleh, apabila mereka telah merampas jiwa dan harta seseorang, maka bagi orang tersebut boleh memerangi mereka untuk mempertahankan jiwa dan hartanya dengan segala kemampuan. Akan tetapi ia tidak boleh mengejar dan mengikuti jejak mereka apabila mereka telah pergi dan meninggalkannya. Tidak boleh bagi siapapun kecuali Imam atau para para pemimpin Muslimin, karena hanya diperbolehkan untuk mempertahankan harta dan jiwa ditempat tinggalnya, dan berniat dengan upayanya untuk tidak membunuh seseorang. Jika ia (pencuri/khawarij) mati ditangannya dalam peperangan mempertahankan dirinya, maka Allah akan menjauhkan orang yang terbunuh (dari Rahmat-Nya). dan jika ia (yang dirampok) terbunuh dalam keadaan demikian sedang ia mempertahankan jiwa dan hartanya, maka aku berharap ia mati syahid sebagaimana (yang dijelaskan) dalam hadits-hadits. Dan seluruh atsar dalam masalah ini memerintahkan agar memeranginya dan tidak memerintahkan untuk membunuh dan mengejarnya. Dan tidak boleh membunuhnya jika ia menyerah atau terluka. Dan jika ia menawannya maka tidak boleh membunuhnya dan tidak boleh melaksanakan hukuman kepadanya akan tetapi urusannya diserahkan kepada orang yang telah dijadikan oleh Allah sebagai pemimpin, lalu (kemudian) iapun menghukuminya.

36. Kami tidak bersaksi dengan (masuk) surga atau neraka bagi siapapun dari ahli kiblat (kaum muslimin) disebabkan dari suatu amalan yang diperbuatnya. kami berharap (kebaikan) bagi orang shalih dan mengkhawatirkan (kejelekan) baginya. Kami (juga) mengkhawatirkan (kejelekan) akan menimpa orang yang buruk lagi berdosa, dan mengharapkan Rahmat Allah baginya.

37. Barangsiapa berjumpa Allah dengan membawa dosa yang menyebabkannya masuk kedalam neraka - sedang ia dalam keadaan bertaubat dan tidak berlarut-larut didalam dosa - maka sesungguhnya Allah akan mengampuninya dan menerima taubat dari hamba-hambanya serta memaafkan kesalahan-kesalahannya.

38. Barangsiapa berjumpa Allah sedangkan telah dilaksanakan hukuman dosa tersebut padanya didunia, maka ia adalah kafarahnya (penghapus dosanya). Sebagaimana (yang dijelaskan) dalam hadits Rasulullah.

39. Barangsiapa berjumpa Allah dalam kaadaan terus-menerus berbuat dosa tanpa bertobat darinya, yang mana dosa-dosa tersebut mengharuskannya disiksa, maka urusannya terserah kepada Allah. Jika Dia berkehendak, Dia akan menyiksanya dan jika Dia berkehendak Dia akan mengampuninya.

40. Barangsiapa berjumpa Allah dari orang kafir, niscaya Dia menyiksanya dan tidak mengampuninya.

41. (Hukuman) Rajam adalah hak bagi siapa saja yang berzina sedangkan ia telah terpelihara (menikah), bilamana ia mengaku atau terbukti atasnya.

42. Rasulullah telah (meleksanakan hukuman Rajam).

43. Demikian juga para Imam (pemimpin) yang lurus telah melaksanakan hukuman Rajam.

44. Barangsiapa yang mencela salah seorang Sahabat Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atau membencinya karena suatu kesalahan darinya, atau menyebutkan kejelekan-kejelekannya, maka dia adalah seorang ahli bid’ah, sehingga dia menyayangi mereka semua dan hatinya bersih dari (sikap membenci atau mencela) mereka.

45. Dan Nifak adalah kekafiran yakni kafir kepada Allah dan beribadah kepada selain-Nya, menampakkan keislaman dihadapan orang umum, seperti orang-orang munafik yang hidup dizaman Rasulullah.

46. Dan sabda Nabi : Artinya … “Tiga perkara yang barangsiapa ada pada dirinya maka ia adalah orang munafiq” dalam hadits ini sebagai ancaman yang berat, dan kami meriwayatkannya seperti apa adanya, dan kami juga tidak menafsirkannya (dengan makna lain).

47. Dan sabdanya : Artinya … “Janganlah kamu kembali menjadi orang-orang kafir yang sangat sesat sepeninggalku, sebagian kamu membunuh sebagian yang lain”. dan seperti halnya hadits Nabi : Artibya … “Apabila dua orang muslim saling berhadapan dengan mengangkat pedang, maka si pembunuh dan yang terbunuh keduanya akan masuk neraka”. dan juga seperti hadits Nabi : Artinya … ” Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekafiran”. dan seperti juga disebutkan dalam sabda Nabi : Artinya … “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya ‘wahai kafir … maka perkataan tersebut akan kembali kepada salah satu dari keduanya”. dan juga seperti sabdanya : Artinya … “Merupakan kekafiran kepada Allah adalah berlepas diri dari nasab walaupun sekecil apapun”.

48. Dan yang semisal hadits-hadits tersebut dari apa yang benar dan terjaga. kami pasrah kepadanya walaupun tidak mengetahui tafsirnya, dan kami tidak membicarakannya dan juga tidak memperdebatkannya, dan kami (juga) tidak menafsirkan hadits-hadits ini, kecuali sebagaimana ia datang (seperti apa adanya), kami tidak menolaknya kecuali dengan apa yang lebih benar darinya.

49. Surga dan neraka adalah dua makhluk yang telah diciptakan sebagaimana sabda Rasulullah yang Artinya : … “Aku telah memasuki surga, maka melihat sebuah istana”. “dan aku telah melihat al-kautsar”. “dan aku telah melihat surga, lalu aku melihat … begini dan begitu”. maka barangsiapa yang menyangka bahwa keduanya (surga dan neraka) belum diciptakan, berarti dia telah mendustakan Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah. dan aku (Imam Ahmad bin Hambal) menyangka bahwa ia tidak beriman dengan (adanya) surga dan neraka.

50. Barangsiapa meninggal dunia dari ahli kiblat dalam keadaan bertauhid, maka ia (berhak) dishalatkan dan dimintakan ampunan baginya. Dan Istighfar (permintaan ampunan kepada Allah) tidak boleh dihalangi darinya. dan menshalati jenazahnya tidak boleh ditinggalkan disebabkan suatu dosa yang dilakukannya, baik dosa kecil maupun besar dan urusannya terserah kepada Allah.


Semoga bermanfaat
Wallahu ta'ala 'alam



Dikutip dari : http://adf.ly/3BE9O
Sumber Kitab dari : http://adf.ly/3BE9O

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India